Spesial untuk Bidadariku.. (Juga untuk bidadari-bidadari dimanapun berada ^_^)
Untukmu bidadariku
yang menyinari tiap kelam kalbuku
laksana buluh perindu
yang menghangatkan jiwaku
Engkau mentariku
yang mengikuti tiap langkahku
memahami apa yang ku mau
Kau ibarat pena dalam genggaman
petuahmu selalu ku turut demi senyummu
1 gores tinta selalu mengukir namamu
oh.. Apa yang bisa kuberikan u/mu
Sedang kau selalu mengadu
setiap peluh jiwamu
pada Alloh yang selalu kau rindu
Oh Tuhan, ia begitu indah bagiku
bahkan namanya selalu ku sebut
dalam tiap iring langkahku
Ibu.. ibu.. Ku sayang padamu......
*Mengenang bingkisan dari seorang anak pada ibunya saat memperingati hari ibu 22 Desember 2008*
Dan kini, 22 Desember 2010... Kembali kutorehkan ungkapan hangat penuh cinta, untuk bidadari senjaku..
Kala ku tumbuh dewasa...
Kau rawat aku penuh cinta...
Penuh harap dan balutan doa...
Agar ku senantiasa bahagia...
Bidadari senja..
Aku kirim sajak penuh doa..
Semoga hari-harimu dinaungiNya..
Ohh, ibuku... Bidadari senja.
Izinkan aku membalas setiap jasa.
Meski takkan pernah sempurna.
Ibuku..
Selamat hari ibu..
Berkah Alloh selalu menyelimutimu..
Hari ini belajar ketulusan.. Belajar cinta yang tak lekang dimakan zaman. Belajar arti pengorbanan serta perjuangan..... Keletihan dan kebahagiaan. Hanya dari seorang bidadari senja yang penuh kesederhanaan. Cinta yang sederhana, namun tak sederhana dalam mendefinisikannya. Bagiku, bidadari senja adalah sosok yang luar biasa.
*Selamat Hari Ibu, bunda
Samara Humaira... terima kasih untuk setiap jasa-jasamu yang tak terhitung olehku..
Rindu Ibu
oleh Islisyah Asman
"Apa kabarmu, Ibu?" sapaku lewat telfon
dulu, dan seperti biasa, dengan rasa kangen,
ia menyapaku kembali, menanyakan keadaan keluargaku
Ah, jarak membuat momen itu menjadi indah
waktu membuatnya menjadi terbayang
kekinian membuatnya jadi pantas untuk dikenang.
Ketika masa lalu menjauhi tepian cakrawala
kenangan serta merta menjadi keindahan yang tak mudah lapuk
yang tak dapat lagi dijangkau oleh raga.
"Apa kabarmu, Ibu?"
telepon tak lagi terhubungkan kabel
ada jarak membentang pada dimensi yang berbeda
sementara rindu itu memadat lalu mengharubiruku.
Tugas-tugasmu usai sudah:
melahirkan, menyusui, memberi makan, menjaga kesehatan, mendidk, mengawinkan
agar punya cadangan keluarga baru sepeninggalmu
membubarkan kelengkapan keluarga lama dalam keguguran satu persatu anggotanya.
Pada sisa usiamu, ibu, yang penuh berkah,
doamu tak putus menyapa dan menyumbang tangis dan tawa dalam perjuangan hidup pribadiku.
Di manakah semua itu?
kenangan, cinta, penyesalan, yang berpadu-satu
terperangkap dan menyatu dalam tembus pandang
biaskan pelangi doa pada diri tak berdaya ini
Ibu,
apakah ibunda dapat menangkap berkas cahaya itu?
yang kukirim dari dunia ke alam sana
adakah yang menghalang biasnya?
Kuharapkan ibunda menjawab
airmataku luruh membersihkan jarak pandang
seperti hujan yang menyapu mega
lalu menampilkan pelangi warna warni.
Ibu,
sekarang aku hanya dapat menelponmu lewat doa
melalui sedu sedan dan air mata
lewat kebahagiaan yang tak mau lekang sampai kapanpun.