Bicara tentang rasa cemas, takut atau khawatir tentu sudah tak asing lagi didengarnya. Ya. Karena tak terkecuali dari kita pastilah pernah atau bahkan sedang merasakan hal tersebut. Betul? Ada rasa takut yang berlebihan atau biasa disebut fobia; yakni rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian tertentu. Hal ini ditandai dengan keinginan untuk selalu menghindari sesuatu yang ditakuti itu.
Jelas beda antara fobia dengan rasa takut biasa. Karena sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang normal. Bila saja penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, atau bahkan sampai pingsan. Nah lho... Bahaya benerrr deh!!
Fobia bisa terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia. Jadi sebenarnya sih gak perlu malu atau merasa rendah diri kalau salah satu dari kita menderita fobia.
Sedangkan rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Seringkali ”cemas” menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya. Waw, parah ya.
Kecemasan yang sering kita rasakan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, sebenarnya keadaan cemas itu akan teratasi sendiri kok.
Tapi, ada juga rasa cemas yang sakit (anxietas) yakni respons terhadap adanya bahaya yang lebih kompleks, tidak jelas sumber penyebabnya, dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa yang ada dalam diri sendiri.
Cemas itu ternyata timbul karena adanya respons terhadap kondisi stress atau mengalami sebuah konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri. Dan hal itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibatnya, muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respons yang seperti itulah, biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.
Dampaknya nih... bagi pelajar atau orang aktif, dengan adanya anxietas ini jadi terganggu proses pikir, konsentrasi yang dengan sendirinya juga mengganggu proses belajar dan persepsi. So pasti, keadaan ini menimbulkan hambatan dalam tugas dan kehidupan sehari-hari khan? Selain itu, orang yang dalam keadaan takut dan cemas cenderung untuk selektif dalam berpikir dan menjadi tidak tajam pengamatannya terhadap hal-hal lain, kecuali akan hal-hal yang menghantui pikirannya dan kecemasannya. Sudah tentu, akan timbul sikap apriori dan berprasangka.
So, yang pada suka berprasangka? Apakah mengalami gejala seperti diatas??? Yuk, kita belajar berprasangka yang baik, karena semakin pikiran menyatakan hal positif... tentu rasa kecemasan atau ketakutan bisa teratasi. Be positive fren ^_^v
Posting Komentar