"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Sesungguhnya pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi seorang manusia, bagi setiap warga negara dalam upaya mengembangkan diri. Pendidikan juga dapat menaikkan derajat kemanusiaan seseorang. Pendidikan dapat mengubah seseorang menuju perbaikan diri. Pendidikan pun membuat seseorang yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui banyak hal.

Namun pada kenyataannnya, fenomena yang ada temyata masih terdapat anak-anak yang tidak bersekolah. Mereka tidak bersekolah karena sibuk mencari sesuap nasi atau karena keterbatasan yang mereka miliki, entah itu keterbatasan finansial, fasilitas ataupun fisik. Tak sekadar itu, rasa-rasanya wajah pendidikan di negeri kita saat ini baru mencapai keberhasilan dalam taraf pengajaran saja. Jadi, belum sampai pada keberhasilan pendidikan yang sesungguhnya.

Seharusnya, pendidikan sejatinya adalah mengubah pribadi seseorang menjadi lebih baik. Tapi, lihatlah saat ini, bagaimana pribadi-pribadi para siswa dan mahasiswa yang belum mencerminkan manusia berpendidikan seutuhnya? Masih terdapat tawuran, seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan aksi brutal lain. Sungguh memprihatinkan!

Selain itu, wajah pendidikan negeri kita merupakan bentuk pressure bagi masyarakat. Mengapa menjadi sebuah tekanan? Sebab, masyarakat di Indonesia diwajibkan untuk mengikuti dan memahami sekian banyak mata pelajaran atau mata kuliah. Padahal sih belum tentu semua masyarakat Indonesia mampu dan mau mengikuti semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum.

Melalui pendidikan, diharapkan manusia sadar hakikat dan martabatnya dalam interaksi dengan lingkungan dan sesamanya. Itu berarti pendidikan mengarahkan manusia untuk peduli dengan lingkungan, budaya, dan martabatnya. Bukan sebaliknya, pendidikan tidak memanusiakan manusia dan justru tercerabut dari lingkungan dan martabatnya.

Kalau kita telaah kembali... ada tiga permasalahan pendidikan yang pelik. Pertama, pendidikan seringkali dipraktikkan sebagai deretan instruksi dari guru kepada murid atau dari dosen kepada mahasiswa. Kedua, pendidikan diidentikkan dengan bank. Otak murid atau mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, dan pengetahuan guru atau dosen ditransfer ke otak murid. Ketiga, hasil dari model pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zaman.

Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia peduli lingkungan, budaya, dan martabatnya?

Tentu kita semua telah tahu. Sekolah atau tempat kuliah, sebagai bagian dari sistem pendidikan, adalah tempat persaudaraan dapat dialami, dimana orang dapat berinteraksi tanpa merasa takut satu sama lain dan belajar didasarkan pada pertukaran pengalaman dan gagasan kreatif. Oleh karena itu, bagi mereka yang selesai sekolah atau kuliah, akan mempunyai keinginan yang semakin besar untuk membawa apa yang mereka alami di sekolah atau kuliah ke dunia yang lebih luas. Sekolah atau kuliah bukanlah arena latihan untuk mempersiapkan orang masuk ke dalam kekerasan (gaya bank), tetapi merupakan tempat dimana proses memanusiakan manusia terbangun.

Guru atau dosen tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada peserta didik, tetapi mereka harus memerankan dirinya sebagai pekerja kultural. Mereka harus sadar, pendidikan mempunyai dua kekuatan sekaligus. Sebagai aksi kultural untuk pembebasan atau sebagai aksi kultural untuk dominasi kekuasaan.

Jika pendidikan dipahami sebagai aksi kultural untuk pembebasan, maka pendidikan tidak bisa dibatasi fungsinya hanya sebatas area pembelajaran di sekolah atau di tempat kuliah saja. Ia harus diperluas perannya dalam menciptakan kehidupan publik yang lebih demokratis. Dengan demikian, harus ada semacam kontekstualisasi pembelajaran di kelas. Teks yang diajarkan di kelas harus dikaitkan kehidupan nyata. Dengan kata lain, harus ada keterkaitan antara teks dan konteks, teks dan realitas

Begitulah seharusnya wajah pendidikan di negeri kita. Segalanya harus saling berkaitan. Dan tentu wajah pendidikan ini, bergantung pada kita semua, karena kita lah yang dapat mewarnai pendidikan dengan lukisan kemajuan atau malah kebobrokan.