"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Tak bisa dipungkiri bahwa anak sudah dituntut harus pandai membaca sejak sebelum masuk sekolah tingkat dasar. Apalagi para penyelenggara sekolah dasar (SD) kini mewajibkan anak yang akan masuk SD harus sudah bisa membaca.

Sudah tentu, banyak orang tua yang memaksa anaknya belajar membaca sejak dari taman kanak-kanak (TK). Bahkan, pendidikan sebelum TK, semacam playgroup atau taman bermain, juga mulai mengajari anak didiknya membaca.

Memang ini akan menjadi peluang besar yang bisa ditangkap oleh para pebisnis di dunia pendidikan. Seperti halnya Bimba AIUEO. Lembaga yang bernaung di bawah Yayasan Pengembangan Anak Indonesia (YPAI) ini berdiri sejak 1996 dan menawarkan kemitraan pada 2003 dalam menjamin anak mahir membaca sejak usia dini.
Wiesnu Adi Birowo, Business Development YPAI, bilang, dari tahun ke tahun bisnis pendidikan anak usia dini (PAUD) makin menjanjikan. "Tingkat persaingannya belum terlalu ketat," ujarnya. Ia pun mengklaim, kelebihan Bimba AIUEO terletak pada metode belajarnya. Yaitu menerapkan konsep belajar membaca sambil bermain. Tak heran, saat ini, Bimba AIUEO telah memiliki 500 cabang di Indonesia.

Lantas, berminatkah kita terjun sebagai mitra Mimba AIUEO? Ada enam paket yang ditawarkan. Setiap paket memberikan fasilitas seperti modul, karpet, spanduk, banner, dan tenaga guru. Hanya, jumlah item-nya saja yang berbeda di setiap paket.

Masa balik modal setiap paket sama, yakni 16 - 18 bulan. Laba bersih juga idem ditto, sekitar 15 persen. Begitu pun biaya pendidikan, Rp 175.000 per siswa per bulan.

Perincian paketnya: pertama, paket senilai Rp 18 juta. Dalam paket ini, mitra berwenang penuh mengendalikan operasional Bimba AIUEO dengan mengusung konsep satu ruang kelas. Omzetnya Rp 8 juta sebulan. Paket ini menerapkan bagi hasil 95 persen untuk mitra dan 5 persen pusat.

Kedua, paket senilai Rp 30 juta. Dalam paket ini mitra juga berwenang penuh mengendalikan operasional Bimba AIUEO dengan mengusung konsep dua kelas. Wiesnu menjanjikan, omzet Rp 17 juta - Rp 18 juta. Paket ini menerapkan bagi hasil 90 persen untuk mitra dan 10 persen pusat.

Ketiga, paket senilai Rp 30 juta. Di paket ini, operasional Bimba AIUEO dikelola oleh pusat. Karena itu, skema bagi hasilnya: 25 persen mitra dan selebihnya untuk pusat.

Keempat, paket senilai Rp 30 juta untuk wilayah kecamatan. Dalam paket ini, mitra berhak mengembangkan Bimba AIUEO di lingkup kecamatan dengan jumlah kelas minimal tiga. "Mitra boleh membuka unit sebanyak-banyaknya," ujar Wiesnu. Omzet mitra Rp 17 juta - Rp 18 juta per bulan, dengan bagi hasil 94 persen untuk mitra.

Kelima, paket senilai Rp 50 juta juga untuk kecamatan. Omzetnya Rp 30 juta per bulan. Sekitar 95 persen dari omzet menjadi bagian mitra.

Keenam, paket senilai Rp 150 juta untuk kabupaten. Mitra yang mengambil paket ini berhak mengembangkan Bimba AIUEO di kabupaten. Mitra juga boleh membuka empat kelas, dengan omzet Rp 60 juta per bulan.

Well, siap berbisnis di bidang ini???