"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Mio bikin mellow”, itu tema yang bagus untuk melukiskan isi perasaanku, kata temanku. Ini bukan soal berlebihan ketika ku luapkan seribu kesedihan atas kepergian Mio merah yang sudah jadi soulmateku dalam berpetualang kemana-mana.

Aku sedang belajar menghargai. Sekalipun itu terhadap benda mati… Mungkin semua akan mengatakan dengan mudah, “Sabar ya, semoga nanti dapat ganti yang lebih baik.” Tapi, ini bukanlah hal termudah bagiku.

Sebenarnya belum terlalu lama aku memiliki si Mio merah. Baru satu tahun. Tapi bayangkan saja, selama satu tahun itulah mungkin bisa dikatakan aku mendzolimi dia. Bukan tanpa alasan, yang pasti karena Mio merah harus setia menemani perjalananku ke kampus dari Bekasi-Jakarta setiap hari. Kemudian belum lagi, aku mengajaknya ke Ciputat saat ada pertemuan di UIN, dan pernah juga diajak ke Depok. Terakhir kali, baru hari ini aku pulang dari perjalananku bersama si Mio merah ke Cikarang-Karawang. Luarr biasa sungguh, teman setiaku yang satu ini. Keadaan menuntutku untuk bisa mengerahkan tenaga Mio sekuat mungkin demi menemani perjalananku.

Banyak kisah yang mengiringi petualanganku bersamanya. Dari mulai aku terjatuh karena mengantuk di jalan, hingga Mio ku sedikit lecet… Kemudian betapa bandelnya Mio ku saat diajak melewati banjir ketika berada di Tebet. Tanpa mogok sama sekali, padahal air begitu banyak masuk ke mesin Mio ku karena Mio ku sudah di setting ceper. Lalu saat ban belakang Mio ku yang sering bocor, namun selalu bocor di dekat tambal ban sehingga tak terlalu menyulitkanku untuk menambalnya. Dan baru seminggu ini aku habis menyervisnya, karena Mio ku yang sudah batu-batuk. Mungkin lelah juga diajak berpetualang kemana-mana…

Ahh, mungkin kau katakan aneh dengan kisahku ini. Tak mengapa, sebab aku hanya ingin meluapkan perasaan atas perpisahan dengan Mio merah yang telah menjadi soulmateku setahun belakangan ini. Sekali lagi, aku sedang belajar untuk menghargai. Betapapun itu benda mati sekali pun.

Aku ingin mengucap terima kasih terhadap Mio merahku yang sudah menginspirasi… Sebab bersamanya, aku selalu tenang dan menikmati perjalananku kemana-mana meskipun saat itu aku mengendarai ditengah kemacetan.

Dari kemarin hingga hari ini, sepertinya menjadi kenangan terakhir bagiku dengan si Mio merah… Karena aku telah mengajaknya berkeliling ke Cikarang dan sempat nyasar ke Karawang. Bayangkan saja, tanpa ku ketahui sebelumnya, ternyata medan yang mesti kulalui untuk menuju Cikarang-Karawang itu tidaklah mudah… Seperti mendaki gunung, jalannya menanjak lalu menurun terjal. Kemudian ditambah dengan jalan-jalan yang berlubang, sepertinya harus menambah kesabaran ekstra pada si Mio merah. Dan pada akhirnya pun bisa terlalui karena kekuatan dari si Mio dan tentunya berkat perlindungan Alloh pula.

Ohh ya, di motor kesayanganku itu.. tertempel pula sticker yang bertuliskan, “Islam is made me happy”. Dan ternyata tulisan itu pun menginspirasi setiap orang yang membacanya. Sampai temanku saja berkata, “Deas, aku senang dengan tulisan di sticker motormu itu. Jadi bangga banget dengan Islam.” Subhanalloh.. Ternyata Mio merah ini membawa sejuta kebaikan bagi si pemilik maupun orang lain, dan teringat pula ketika Mio merah harus mengantarkan orang sakit berobat. Padahal itu dalam keadaan mendesak dan bensin sudah mau habis namun ternyata semuanya terlalui dengan baik-baik saja.

Maka, aku tegaskan… Aku sedang belajar menghargai. Betapa benda mati saja memberikan banyak manfaat pada kita. Dan mungkin hal ini pernah terjadi juga pada teman-teman yang lain…

Inilah saatnya, harus ikhlas melepas soulmateku.. Dan ditutup dengan sebuah pesan singkat dari kakakku, “Sabar ya de’. Insya Alloh ada hikmahnya. Tiap perjumpaan pasti ada perpisahannya. Kamu bersahabat dengan Mio kan sudah lama, mungkin kalau bisa bicara, Mio sudah merasa tua dan bosan juga sehingga ingin berpindah tangan. Hikmahnya, kamu bisa naik motor yang lebih tangguh dan irit bersama Beat.”

Ya… Akhirnya pengganti Mio merahku adalah “Beat” milik ibuku. Semoga penggantinya ini jauh lebih bandel, lincah dan awet menemani petualanganku selanjutnya.

Terima kasih Mio merah… Untuk setiap jasa-jasamu.