Hari ini aku tergugah untuk mengeluarkan isi pikiranku yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar.
Kali ini bicara tentang “Narsis”. Apa sih maksudnya? Cekidot ya ^_^
***
Percaya gak sih, ikhwan-akhwat juga manusia? Kata siapa, ikhwan-akhwat sudah pasti lebih baik dari yang “belum” menjadi ikhwan-akhwat? Mereka juga bisa tergoda dengan dunia, arus globalisasi bisa membuat mereka ikutan Narsis. Banyak yang narsis di situs jejaring sosial, atau blog yang bersifat pribadi. Memajang foto wajah dengan terang-terangan, atau status serta isi di FB, blog dan sebagainya dengan kata-kata yang kurang berfaedah.
Kalau kata temanku, ”Narsis” adalah seseorang yang suka nampang, sok kepedean, ingin dikenal atau sok ngartis. Kabarnya, Narsis menjadi tren para remaja yang ingin mendapat sebuah pengakuan, ingin dikenal atau hanya ingin sekedar berakting. Ternyata narsis saat ini mewabah dikalangan para ikhwan-akhwat juga khan. Nah loh..
Budaya Narsis kini menyibak para aktivis muda. Sebenarnya menurutku, Narsis bergantung pada visualisasi, tujuan dan niat dari masing-masing dari kita. Atau ada yang punya pandangan yang lain?
Narsis memang dikenal sebagai sebuah kata yang kurang pantas dilakukan ikhwan-akhwat. Tapi kalau menurutku, Narsis yang bagaimana dulu nih?!
Ada sebuah pesan masuk di Hp-ku berbunyi, “Ukhti, profpict di Fb-nya ganti-ganti mulu, gak baik ukh jadi narsis gitu”. Padahal profpict Fb-ku tidak menampilkan wajah dari depan, tapi sudah ada yang berkomentar seperti itu.
Well.. katanya sih foto seorang akhwat itu lebih banyak mengundang fitnah daripada laki-laki. Tapi, tidak dapat kita pungkiri juga loh… Banyak foto akhwat yang bertebaran pula ketika Pemilihan Kepala Daerah misalnya. Terpampang besar papan reklame dengan tulisan serta foto dari Calon Kepala Daerah, “Ayo, pilih no. 2, demi dakwah kedepannya”. Atau coba tengok cover buku serta majalah Islam yang banyak pula memajang foto akhwat dengan beragam ekspresi. Tapi yang sering kita salahkan adalah foto-foto ketika di FB atau situs jejaring sosial lainnya.
Anehnya, seperti temanku yang paling anti memajang foto dirinya meskipun hanya bagian belakang dari tubuhnya, namun ia suka sekali membaca buku-buku inspiratif karya bunda Asma Nadia (yang kalau teman-teman tahu… hampir setiap cover bukunya bunda Asma, selalu terpajang foto dirinya). Nah loh… Gimana itu?
Atau lihat juga deh Facebooknya Oki Setiana Dewi yang dikenal sebagai Anna Althafunnisa dalam perannya di Ketika Cinta Bertasbih. Banyak sekali foto-foto dirinya yang terpajang secara bebas untuk dilihat oleh siapapun. Kok, gak ada yang komentar “Ukhti, wajah anti itu mengundang maksiat..” Malah banyak ujaran, “Subhanalloh, indahnya wajahmu ukh, seperti wajah bidadari”. Padahal yang berkomentar itu, ya “ikhwan” juga.
Lalu sebenarnya batasan Narsis itu yang seperti apa? Apa akhwat benar-benar tidak boleh memajang fotonya, baik dari posisi depan, samping, atau belakang tubuhnya? Baik itu di buku, situs jejaring sosial atau di tempat umum???
Lalu mengapa hal itu gak berlaku bagi para ikhwan yang ternyata banyak pula “Narsis” to be exist?? Mengapa dalam hal ini, yang lebih disalahkan adalah Narsisnya akhwat??
Yuk kita bertukar pikiran mengenai hal ini… ^_^
bagus!! dua jempol!!
mmmm.... mgkn lbh baik dkrngi klmt brnada pmbelaan diri
jadi...intinya sister
akhwat itu sunah kan kalau pajang foto profile di fb ???
:)
@Mala,
Ya.. Gak wajib kok sist... Boleh pasang atau juga nggak. Yg terpenting klo mau pajang foto, foto yg dipajang itu tak menjadi fitnah :)
Assalamualaikum..
Salam ukhuwah saudariku :D
Saya suka sekali membaca artikelnya… bagus dan inspiratif
mengapa tidak memasang foto pribadi?
kl menurut saya lebih kepada usaha kehati2an kita ukh ;), apalagi untuk akhwat2 yang masih single...
sekali saja kita mengupload foto di fb (ataupun situs sosial yang lainnya). itu akan menjadi milik umum. orang bisa dengan mudah mendownload, menyimpan, bahkan memodifikasinya..
sudah banyak akhwat yang menjadi korban tangan2 jahil. foto mereka diedit sedemikian rupa sehingga... masyaallah, tidak pantas untuk dilihat.
selain itu juga sebagai usaha kita untuk membantu ikhwan menjaga pandangan. Jangan tambah beban mereka dengan foto kita yang bertebaran dimana2 dengan berbagai pose. akhwat itu cantik, betul. seorang ikhwan pernah berkata : hati saya bisa berdesir walaupun hanya melihat jari2 akhwat yang lentik. (wew, lebay amat ya tuh ikhwan :P).
“Anehnya, seperti temanku yang paling anti memajang foto dirinya meskipun hanya bagian belakang dari tubuhnya, namun ia suka sekali membaca buku-buku inspiratif karya bunda Asma Nadia (yang kalau teman-teman tahu… hampir setiap cover bukunya bunda Asma, selalu terpajang foto dirinya). Nah loh… Gimana itu?” Kalau menurut saya ini tidak ada hubungannya dengan memasang foto :). Baca buku sama foto kan urusan lain :P
Foto memang diperlukan sebagai identitas diri. Oki, asma nadia dan yang lainnya memasang foto karena mereka public figure. Tanpa dipasang pun foto mereka sudah bertebaran dimana2. Mereka sudah dikenal…
"kok ribet ya, kenapa gak sekalian aja hapus fbnya"
Hal2 seperti ini sebenarnya seperti pisau bermata dua. Ia bisa memberikan manfaat juga mudhorot. Tinggal kita mengaturnya bagaimana. Kalau kita bisa meminimalisirnya, Kenapa enggak?
Waallahua’lam bishshowab.
-ini sebagai pengingat untuk saya juga :)-
Salam kenal
assalamu'alaikum wr.wb..
ini juga jdi perbincangan senior2 saya yang ikhwah, sy taunya kebetulan dr istrinya yg kebutalan sy knal..
memank terkadang juga jd pertanyaan besar,, tp klo dipikir2 akhwat itu sangat rentan..
klo dimisalkan nih, akhwat yg suka narsis n tiba2 aja ad ikhwan yg suka dg akhwat nya, krn kbtulan akhwat ini narsis n bnyak foto2nya si ikhwan sering ikutin perkembangan akun si akhwat bahkan foto2nya.. apakah tidak mengalir dosa disana?? wallahu'alam..
tp klo memang bisa tidak narsis ya tak maslah kan??? :)
'afwan..